Pada masa kini, saat kita menjalani masa remaja, teknologi yang semakin maju telah menjadi bagian penting dalam kehidupan. Salah satu dampaknya adalah munculnya generasi muda yang sangat bergantung pada dunia digital. Era digital merupakan fase kehidupan yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat. Layaknya arus deras sungai yang tak terbendung, perkembangan era digital terus melaju tanpa henti. Era ini menghadirkan penyampaian informasi dan komunikasi yang serba cepat, praktis, dan instan, bagaikan kilatan cahaya yang menembus batas waktu. Kehadiran era digital telah menjadi angin perubahan besar dalam kehidupan manusia. Generasi muda, sebagai penggerak utama, memainkan peran penting dalam membentuk karakter pelajar dalam menghadapi dunia pendidikan.
Kemajuan teknologi yang kian pesat memberikan kemudahan bagi pelajar untuk semakin kreatif dalam mencari referensi dan mengakses informasi secara luas. Namun, seperti dua sisi mata uang, teknologi membawa dampak positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana setiap individu menggunakannya. Sebagai contoh dampak positif, pelajar kini dapat memanfaatkan platform pembelajaran daring untuk memperluas wawasan, mengasah soft skills, hingga menggali referensi melalui kecerdasan buatan (AI).
Berdasarkan laporan Google, Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, termasuk di Indonesia. Wakil Presiden Google for Education menegaskan bahwa AI memiliki potensi besar untuk berkembang di masa depan serta mendukung digitalisasi pendidikan. AI juga dinilai mampu membantu pelajar mempercepat proses belajar mereka.
Namun, di balik keunggulannya, teknologi ini juga dapat menimbulkan dampak negatif jika disalahgunakan. Ketergantungan berlebihan pada teknologi dapat memberikan efek buruk bagi banyak pihak. Sebagai contoh, ketika guru menggunakan AI untuk mencari referensi tugas dan materi, bukan sekadar mengambil intisari, mereka justru menyalin semua jawaban tanpa penyaringan. Hal serupa dilakukan oleh murid yang mencari jawaban melalui AI, menyalin, dan menyerahkan hasilnya tanpa memahami atau membacanya terlebih dahulu.
Pola penggunaan seperti ini mencerminkan penyalahgunaan AI yang berdampak pada hilangnya minat literasi, kemampuan berpikir kritis, serta kreativitas, karena otak tidak terlatih untuk berpikir mandiri. Akibatnya, generasi ini berpotensi menjadi terlalu bergantung pada teknologi. Jika terus berlangsung, manusia bahkan bisa tergantikan oleh AI di masa depan.
Dalam era digital, para pelajar perlu mendapatkan bimbingan agar mampu memanfaatkan teknologi dengan bijaksana. Selain itu, mereka harus tetap mempertahankan nilai-nilai dasar seperti tanggung jawab, kemandirian, empati, kejujuran, dan disiplin agar dapat menjadi pelajar yang unggul di era digital. Dalam hal ini, peran guru dan orang tua sangatlah penting untuk membentuk karakter pelajar yang baik. Beberapa langkah yang dapat dilakukan pembimbing, antara lain, memperkuat keimanan melalui lingkungan yang positif, menerapkan disiplin dalam penggunaan teknologi, serta membantu pelajar mengatur waktu antara belajar dan bermain. Di sekolah, penting juga untuk menekankan nilai-nilai keagamaan dan mendorong interaksi sosial dengan sesama, sehingga pembelajaran tidak hanya terfokus pada teknologi.
Meskipun teknologi menawarkan berbagai keunggulan, penyalahgunaannya dapat membawa dampak buruk yang merugikan banyak pihak, khususnya kita sebagai pelajar. Ketergantungan berlebihan terhadap teknologi dapat mengakibatkan efek negatif bagi perkembangan individu. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, penyalahgunaan teknologi akan terjadi jika guru yang sepenuhnya mengandalkan AI untuk mencari referensi tugas atau materi tanpa memilah dan menganalisisnya, lalu hanya menyalin dan memberikannya langsung kepada siswa. Begitu pula siswa yang mencari jawaban dari AI dan menyalinnya tanpa membaca atau memahaminya terlebih dahulu. Kebiasaan seperti ini akan melahirkan kebiasaan malas membaca, lemahnya berpikir kritis, dan kurangnya kreativitas akibat otak yang tidak sering diasah. Jika terus dibiarkan, generasi ini berisiko menjadi generasi yang tidak mandiri dan sepenuhnya bergantung pada teknologi. Bahkan, hal ini dapat membuka peluang bagi teknologi, khususnya AI, untuk menggantikan peran manusia di masa depan.
Dalam era digital yang penuh tantangan dan peluang ini, penting bagi kita semua, terutama para pelajar, untuk memanfaatkan teknologi secara bijak dan tetap mempertahankan nilai-nilai dasar seperti tanggung jawab, kejujuran, dan disiplin. Peran guru dan orang tua sebagai pembimbing sangat diperlukan untuk membentuk karakter generasi yang unggul. Upaya seperti memperkuat keimanan, mengatur waktu dengan baik, dan mendorong interaksi sosial harus terus diterapkan untuk menciptakan keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan. Namun, kita juga harus menyadari bahwa penyalahgunaan teknologi dapat membawa dampak buruk, seperti menurunnya kemampuan literasi, berpikir kritis, dan kreativitas. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjadi generasi yang cerdas di era digital, yaitu generasi yang tidak hanya menggunakan teknologi sebagai alat, tetapi juga mampu memanfaatkannya untuk belajar, berkarya, dan memberikan manfaat bagi sesama. Jadilah pelajar yang berintegritas, kreatif, dan mampu menghadapi masa depan dengan percaya diri tanpa kehilangan jati diri sebagai manusia.