Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, istilah-istilah seperti generasi milenial, generasi sandwich, dan yang terbaru, generasi strawberry, mulai populer. Meskipun terdengar asing, istilah generasi strawberry memiliki makna yang cukup relevan untuk menggambarkan sebagian karakteristik pelajar masa kini, termasuk pelajar SMK. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh sosiolog Australia, Paul Hirst, pada 1978, dan menggambarkan generasi yang dianggap eksotis seperti buah strawberry, tetapi mudah hancur ketika sedikit ditekan. Hal ini menyiratkan bahwa generasi ini sering dianggap kurang tahan banting dalam menghadapi tantangan.
Apa Keunggulan Generasi Strawberry?
Bagi pelajar SMK, generasi strawberry memiliki sejumlah keunggulan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Salah satunya adalah kreativitas yang tinggi dalam memanfaatkan teknologi. Sebagai pelajar yang akrab dengan perkembangan digital, mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang. Pelajar SMK sering kali menggunakan teknologi untuk mendalami keterampilan sesuai dengan jurusan mereka, seperti desain grafis, animasi, atau programming. Teknologi juga memudahkan mereka untuk mengakses berbagai sumber belajar dan mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang yang mereka tekuni.
Selain itu, media sosial kini menjadi platform yang tidak hanya digunakan untuk bersosialisasi, tetapi juga untuk membangun karier. Pelajar SMK bisa memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan karya mereka, baik itu berupa desain, video tutorial, atau hasil karya lainnya. Banyak pelajar SMK yang kini sudah menjadi influencer atau content creator, menggunakan keterampilan yang mereka pelajari di sekolah untuk menciptakan konten yang kreatif dan menginspirasi.
Pelajar SMK juga dikenal memiliki rasa kesadaran sosial yang tinggi. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan yang mendukung perubahan sosial, seperti kampanye tentang lingkungan, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Kegiatan ini menunjukkan bahwa meskipun terkadang dianggap kurang tahan banting, generasi ini memiliki semangat dan kepedulian terhadap isu-isu global yang penting.
Tantangan yang Dihadapi Pelajar SMK sebagai Generasi Strawberry
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa generasi strawberry juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal ketahanan menghadapi tekanan. Pelajar SMK sering kali merasa terbebani dengan tuntutan akademik dan keterampilan praktis yang harus dikuasai. Dalam beberapa kasus, mereka lebih mudah merasa tertekan atau bahkan putus asa ketika menghadapi tugas atau ujian yang sulit. Keinginan untuk selalu mendapatkan pengakuan dan apresiasi juga menjadi tantangan tersendiri, karena mereka sering kali merasa kurang dihargai atas usaha yang telah dilakukan.
Paparan media sosial juga memberikan dampak negatif bagi pelajar SMK. Melihat berbagai konten yang penuh keluhan atau tekanan emosional bisa memengaruhi kesehatan mental mereka. Banyak dari mereka yang merasa cemas atau tertekan setelah melihat konten yang menggambarkan kesulitan atau kegagalan orang lain. Hal ini bisa membuat mereka merasa tidak mampu mengatasi tantangan yang mereka hadapi, baik dalam dunia pendidikan maupun kehidupan pribadi.
Selain itu, kecenderungan untuk mengeluh di media sosial tentang tugas atau masalah pribadi bisa memperburuk situasi. Alih-alih mencari solusi atau cara untuk mengatasi kesulitan, pelajar SMK yang merasa tertekan lebih sering mengungkapkan keluhan di platform sosial media, yang bisa memperburuk keadaan mental mereka.
Mari kita renungkan bersama!
Sebagai seorang pelajar SMK, saya sendiri bisa merasakan kelebihan dan tantangan yang dihadapi oleh generasi ini. Memanfaatkan teknologi dengan bijak memungkinkan saya untuk belajar lebih efektif dan mengakses informasi yang relevan untuk keterampilan yang saya pelajari. Namun, ada kalanya saya merasa terbebani dengan tugas-tugas yang banyak dan sulit. Dalam situasi seperti ini, saya sering merasa frustrasi dan tertekan, yang mempengaruhi kemampuan saya untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Pengaruh media sosial juga kadang membuat saya dan kita semua harus merasa cemas, terutama ketika melihat konten-konten yang membuat saya merasa tidak “sedang baik-baik saja” atau gagal dibandingkan dengan teman-teman saya yang lain. Meski begitu, saya menyadari bahwa saya harus berfokus pada bagaimana cara mengatasi rasa cemas dan mencari solusi yang lebih produktif untuk menghadapi tantangan.
Generasi strawberry, termasuk pelajar SMK, memiliki potensi besar dalam hal kreativitas, adaptabilitas, dan kepedulian sosial. Namun, tantangan besar yang dihadapi, seperti tekanan psikologis dan kecemasan yang disebabkan oleh media sosial, juga tidak bisa diabaikan. Untuk itu, sebagai pelajar SMK, penting bagi kita untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak, mengelola tekanan dengan lebih baik, dan berfokus pada solusi daripada keluhan.
Sebagai bagian dari generasi ini, mari kita terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi juga menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata. Dengan begitu, kita bisa menjadi generasi yang lebih tangguh, kreatif, dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Daftar Pustaka
Campus Ursuline Surabaya. (2024, Januari 06). Campus Ursuline Surabaya. Retrieved from Generasi Strawberry – Mitos atau Realitas?: https://smp-pacet.sanmarosu-jatim.sch.id/news/show/generasi-strawberry-mitos-atau-realitas
HumasTel-U Surabaya. (2024, Mei 07). Universitas Telkom Surabaya. Retrieved from Generasi Z = Generasi Strawberry? Sensitif atau Kreatif?: https://surabaya.telkomuniversity.ac.id/generasi-z-generasi-strawberry-sensitif-atau-kreatif/
tempo.co. (2024, Oktober 17). Retrieved from Mengenal Istilah Generasi Strawberry, Ciri-Ciri, dan Penyebabnya: https://www.tempo.co/gaya-hidup/mengenal-istilah-generasi-strawberry-ciri-ciri-dan-penyebabnya-408369